Dalam pelukan kesunyian, berlabuh di lautan malam, memeluk harapan dalam, cinta tidak kunjung menuai kedamaian.
Mencinta-nya seperti menggenggam angin (tidak mungkin)_ya itu sungguh tidak mungkin.
Terkadang jiwa menjerit, memaki kebodohan diri mengharapkan-nya.
Beribu, bahkan berjuta-juta kali mencoba_mencoba menghapus rasa. namun tetap saja lekat dan semakin lekat di ulu dada.
Apakah aku gila, “ya mungkin”.
Dia tidak pernah mau dan aku sadar. sepenuhnya sadar akan hal itu. dirinya tidak akan pernah memberi ku kesempatan.
Aku adalah angin yang berlalu. tiada arti baginya.
Sungguh mencinta-nya ibarat menggenggam angin. sisa-sia belaka.
Baca Juga :
Aku sadari itu. namun sayang beribu sayang, wajah-nya tidak bisa hilang dari pikiran.
Di bawah rintik hujan, dalam selimut kedinginan, di antara guntur yang menggelegar, di sela-sela kisap yang sesekali berkilapan. ku dendangkan syair-syair kegalauan.
Ku arungi mimpi dalam berjuta kepedihan, ku semai harapan di tengah retorita bangsa yang begitu membingungkan.
Semoga esok aku tidak salah memilih jalan. dan ia sadar akan betapa suci cinta yang daku persembahkan agar damai jiwa ini di saat datangnya kematian.
_By. Asri The Gila_
0 KOMENTAR
TULIS KOMENTAR